KandunganHadits. Penjelasan tentang rukun Islam: Syahadatain, shalat, zakat, puasa, haji. Penjelasan tentang rukun iman: Iman kepada Allah, Iman kepada malaikat-malaikat-Nya, Iman kepada kitab-kitab-Nya, Iman kepada rasul-rasul-Nya, Iman kepada hari akhir, dan Iman kepada qadar. Penjelasan tentang hakikat ihsan: " Ihsan adalah engkau
0 Arbain Nawawiyah: Hadits ke-4 tentang Takdir Manusia. Hadits Arbain keempat ini berisi penjelasan tentang takdir manusia. Allah SWT sudah menentukan empat hal bagi hamba-hamba-Nya: rezeki, ajal (kematian), amal, dan celaka-bahagia.
SiapaPenulis Hadits Arbain? Penulisnya adalah Imam An-Nawawi. Seorang ulama besar aliran Asy-Syafi'i yang popularitasnya cukup membuat kita tidak perlu bersusah payah memperkenalkannya (ada sejumlah catatan khusus saya tentang Hadits Arbain Nawawi. Kitab Al-Arba'in An-Nawawiyyah dihitung sebagai kitab hadits karena hanya memuat hadis Nabi ﷺ.
Rasulullahsaw bersabda, 'Inilah Jibril yang datang kepada kalian untuk mengajarkan agama kepada manusia. Tentang ihsan, Rasulullah sawbersabda, "Engkau takut kepada Allah seperti melihat-Nya. ". Hadits tersebut juga diriwayatkan Imam Ahmad di Musnad -nyadan Syahr bin Husyab dari Ibnu Abbas ra.
Artikelini menerangkan mengenai hadis ketiga dari buku hadis 40 Imam nawawi (Hadis Arbain)iaitu berkaitan dengan asas islam, rukun islam dan tunggaknya. Hadis Arbain yang lain: 1. Hadis Niat: 5. Hadis Berkenaan Bidaah dalam Agama: 2. Hadis Islam, Iman, Ihsan dan Tanda Kiamat: 6.
BacaJuga: Hadits Arbain 35: Haramnya Sifat Dengki. Hadits Arbain 34: Mengubah Kemungkaran. Pelajaran yang terdapat dalam hadits : 1. Menentang pelaku kebatilan dan menolak kemunkaran adalah kewajiban yang dituntut dalam ajaran Islam atas setiap muslim sesuai kemampuan dan kekuatannya. 2. Ridho terhadap kemaksiatan termasuk diantara dosa-dosa
. Kali ini melanjutkan rincian dari rukun iman secara singkat. Lanjutan dari hadits Umar bin Al-Khathab radhiyallahu anhu, قَالَ صَدَقْتَ فَعَجِبْنَا لَهُ يَسْأَلُهُ وَيُصَدِّقُهُ قَالَ فَأَخْبِرْنِي عَنِ الإِيْمَانِ قَالَ أَنْ تُؤْمِنَ بِاللهِ وَمَلاَئِكَتِهِ وَكُتُبِهِ وَرُسُلِهِ وَاليَوْمِ الآخِرِ وَتُؤْمِنَ بِالقَدَرِ خَيْرِهِ وَشَرِّهِ Orang itu berkata, “Engkau benar.” Kami pun heran, ia bertanya lalu membenarkannya. Orang itu berkata lagi, “Beritahukan kepadaku tentang Iman.” Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam menjawab, “Engkau beriman kepada Allah, kepada para Malaikat-Nya, Kitab-kitab-Nya, kepada para rasul-Nya, kepada hari Kiamat dan kepada takdir yang baik maupun yang buruk.” Orang tadi berkata, “Engkau benar.” HR. Muslim, no. 8 Cakupan Beriman Kepada Allah Beriman kepada Allah mencakup empat hal Beriman kepada wujud Allah. Barangsiapa mengingkari keberadaan Allah, maka dia bukan orang yang beriman. Namun tidak mungkin ada orang yang mengingkari wujud Allah Ta’ala sampai pun Fir’aun sebagaimana Nabi Musa pernah berkata padanya yang artinya, “Sesungguhnya kamu telah mengetahui, bahwa tidak ada yang menurunkan mukjizat-mukjizat itu kecuali Rabb yang memelihara langit dan bumi sebagai bukti-bukti yang nyata.” QS. Israa’ 102 Beriman kepada rububiyah Allah yaitu meyakini bahwa Allah adalah satu-satunya Rabb sebagai Pencipta, Pemberi Rezeki, Pemilik dan Pengatur alam semesta. Beriman kepada uluhiyah Allah yaitu meyakini bahwa Allah satu-satunya yang berhak diibadahi, segala ibadah hanya boleh ditujukan pada Allah. Beriman kepada nama dan sifat Allah yang menetapkan apa yang ditetapkan-Nya untuk diri-Nya dalam Al-Qur’an dan dalam sunnah Rasul-Nya dengan penetapan yang layak bagi Allah tanpa melakukan tahrif penyelewengan, ta’thil penolakan, takyif menyatakan hakikat, dan tamtsil memisalkan dengan makhluk. Cakupan Beriman Kepada Malaikat Malaikat adalah makhluk ghaib. Malaikat diciptakan dari cahaya. Malaikat tidaklah makan dan minum. Malaikat merupakan makhluk yang padat tanpa berongga. Malaikat itu bergolong-golongan, dan tugas mereka pun bermacam-macam sesuai dengan hikmah Allah. Beriman kepada malaikat mencakup beberapa perkara Beriman pada nama-nama mereka yang kita ketahui dan yang tidak kita ketahui. Ada malaikat yang memiliki nama dan tugas tertentu Jibril ditugaskan menyampaikan wahyu kepada para Rasul-Nya yang turun dari sisi Allah. Mikail ditugaskan mengurus hujan dan tumbuhan bumi. Israfil ditugaskan meniup sangkakala. Malik yaitu malaikat penjaga neraka. Ridwan yaitu malaikat penjaga surga. Munkar dan Nakir yang bertugas menanyai mayit dalam kubur. Malaikat maut yang bertugas mencabut nyawa. Penyebutan dengan Izra’il tidak memiliki dalil pendukung dari Al-Qur’an dan hadits yang shahih. Malaikat yang bertugas mencatat setiap amal perbuatan manusia, sifatnya adalah raqib selalu mengawasi dan atid selalu hadir. Malaikat yang bertugas berkeliling ke majelis ilmu dan majelis dzikir. Malaikat yang bertugas menemui orang beriman pada hari kiamat. Malaikat yang bertugas memberi perhormatan pada penduduk surga. Malaikat yang bertugas mengaminkan orang yang berdoa pada saudaranya di saat saudaranya tidak mengetahuinya. Malaikat yang bertugas mendoakan di pagi hari bagi yang rajin bersedekah mengeluarkan nafkah dan doa jelek bagi yang malas. Harut dan Marut dalam kisah Sulaiman seperti disebut dalam surah Al-Baqarah ayat 102. Cakupan Beriman Kepada Kitab Allah Beriman kepada kitab Allah mencakup beberapa perkara Mengimani bahwa Allah Ta’ala telah menurunkan kitab-kitab-Nya kepada setiap Rasul, dan kitab-kitab itu berasal dari sisi Allah. Tetapi kita tidak mengimani bahwa kitab-kitab selain Al-Qur’an yang ada pada umat-umat sekarang berasal dari Allah karena telah terjadi penyimpangan dan perubahan. Mengimani kebenaran pemberitaan di dalamnya, seperti kabar-kabar Al-Qur’an dan kabar-kabar yang ada pada semua kitab terdahulu yang belum dirubah atau diselewengkan. Mengimani hukum-hukum yang terdapat dalam semua kitab terdahulu yang tidak bertentangan dengan syariat Islam. Jadi syariat terdahulu yang tidak bertentangan dengan syariat kita merupakan syariat kita juga. Kita mengimani nama-nama seluruh kitab yang telah kita ketahui seperti Al-Qur’an, Taurat, Injil, Zabur serta Shuhuf lembaran Ibrahim dan Musa. Al-Qur’an adalah penyempurna dan penghapus kitab-kitab sebelumnya yang pernah ada. Al-Qur’an adalah kalamullah firman Allah. Diturukan oleh Allah lewat Ruhul Amin Jibril kemudian ditanamkan dalam hati sayyidul mursalin Nabi Muhammad dengan bahasa Arab yang terang. Al-Qur’an diturunkan dari Allah dan bukan makhluk. Cakupan Beriman Kepada Rasul Nabi adalah seseorang yang diberi wahyu berupa syari’at dan diperintahkan untuk mengamalkannya, tetapi tidak diperintahkan untuk mendakwahkannya. Sedangkan Rasul diutus untuk menyampaikan risalah yang bertentangan dengan kondisi umatnya. Beriman kepada Rasul mencakup beberapa perkara Beriman pada seluruh rasul tidak membeda-bedakannya karena Rasul adalah penyampai wahyu dari Allah pada hamba. Mengufuri sebagian Rasul sama seperti mengufuri lainnya. Beriman pada Nabi pertama adalah Adam dan Rasul pertama adalah Nuh. Meyakini ada rasul yang paling utama adalah dari kalangan ulul azmi yaitu Nuh, Ibrahim, Musa, Isa, dan Muhammad. Ajaran para rasul itu sama yaitu menyerukan untuk mentauhidkan Allah dan meninhggalkan kesyirikan walaupun syariatnya berbeda-beda. Nabi Muhammad shallallahu alaihi wa sallam adalah penutup para Rasul, tidak ada lagi nabi setelah beliau. Nabi Muhammad shallallahu alaihi wa sallam itulah yang wajib diikuti untuk saat ini. Nabi Muhammad shallallahu alaihi wa sallam adalah penghulu para Rasul rasul yang paling utama, penerima syafa’atul uzma maqomam mahmuda, menjadi pemegang kunci pintu surga pertama kali dan umat Muhammad yang pertama kali masuk surga. Cakupan Beriman Kepada Hari Akhir Beriman kepada hari akhir mencakup beberapa hal Beriman bahwa kiamat akan terjadi dan beriman pada kejadian-kejadiannya seperti manusia akan melihat Allah kelak di akhirat. Beriman kepada setiap apa yang Allah sebutkan dalam kitab-Nya dan apa yang telah shahih dari Nabi shallallahu alaihi wa sallam dari perkara-perkara yang akan terjadi pada hari kiamat seperti manusia akan dikumpulkan dalam keadaan tidak beralas kaki, tidak disunat, buhman sama sekali tidak membawa harta apa pun. Beriman kepada nikmat dan siksa kubur. Beriman kepada tanda-tanda hari kiamat seperti munculnya Dajjal, datangnya Imam Mahdi, turunnya Nabi Isa bin Maryam, keluarnya Ya’juj dan Ma’juj, keluarnya dabbah binatang, dan terbitnya matahari dari arah tenggelamnya. Beriman kepada peniupan sangkakala, syafa’at, hisab, mizan timbangan, pembagian catatan amal, al-haudh telaga, ash-shirath titian, surga dan neraka, juga penyembelihan al-maut. Cakupan Beriman Kepada Takdir Beriman kepada takdir mencakup beriman pada empat perkara Al-Ilmu ilmu yaitu mengimani bahwa Allah mengetahui segala yang terjadi di alam ini, baik secara global maupun secara terperinci, baik kaitannya dengan perbuatan Allah maupun perbuatan hamba; Al-Kitabah pencatatan yaitu segala sesuatu telah dicatat oleh Allah; Al-Masyi’ah kehendak yaitu apa yang telah Allah kehendaki pasti terjadi, yang tidak Allah kehendaki tidak akan terjadi; Al-Kholq penciptaan yaitu segala yang ada di alam ini adalah makhluk yang diciptakan oleh Allah Ta’ala, ada yang hasil perbuatan Allah seperti turunnya hujan, tumbuhnya tanaman dan ada yang merupakan perbuatan hamba. Allah Ta’ala berfirman yang artinya, “Padahal Allah-lah yang menciptakan kamu dan apa yang kamu perbuat itu.” QS. Ash-Shaaffaat 96 Semoga bermanfaat. Masih berlanjut pada penjelasan hadits Jibril selanjutnya. Referensi Alam Al-Malaikah Al-Abrar. Cetakan Tahun 1425 H. Prof. Dr. Umar Sulaiman Abdullah Al-Asyqar. Penerbit Dar An-Nafais. Syarh Al-Arba’in An-Nawawiyah. Cetakan ketiga, Tahun 1425 H. Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin. Penerbit Dar Ats-Tsuraya. Syarh Lum’ah Al-I’tiqad. Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin. Penerbit Dar Al-Kutub Al-Ilmiyyah. — Disusun di Pesantren Darush Sholihin, Jumat siang, 14 Shafar 1439 H Oleh Muhammad Abduh Tuasikal Artikel
Hadits ke 2 Rukun Islam, Iman, dan Ihsan عَنْ عُمَرَ رضي الله عنه أَيضاً قَالَ بَيْنَمَا نَحْنُ جُلُوْسٌ عِنْدَ رَسُوْلِ اللهِ صلى الله عليه و سلّم ذَاتَ يَوْمٍ إِذْ طَلَعَ عَلَيْنَا رَجُلٌ شَدِيْدُ بَيَاضِ الثِّيَابِ شَدِيْدُ سَوَادِ الشَّعْرِ لاَ يُرَى عَلَيْهِ أَثَرُ السَّفَرِ وَلاَ يَعْرِفُهُ مِنَّا أَحَدٌ حَتَّى جَلَسَ إِلَى النَّبِيِّ صلى الله عليه وسلم فَأَسْنَدَ رُكْبَتَيْهِ إِلَى رُكْبَتَيْهِ وَوَضَعَ كَفَّيْهِ عَلَى فَخِذَيْهِ وَقَالَ يَا مُحَمَّدُ أَخْبِرْنِي عَنِ الإِسْلاَم، فَقَالَ رَسُولُ اللهِ صلى الله عليه وسلم الإِسْلاَمُ أَنْ تَشْهَدَ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَأَنَّ مُحَمَّدَاً رَسُوْلُ اللهِ، وَتُقِيْمَ الصَّلاَةَ، وَتُؤْتِيَ الزَّكَاةَ، وَتَصُوْمَ رَمَضَانَ، وَتَحُجَّ البيْتَ إِنِ اِسْتَطَعتَ إِليْهِ سَبِيْلاً. قَالَ صَدَقْتَ. فَعَجِبْنَا لَهُ يَسْأَلُهُ وَيُصَدِّقُهُ، قَالَ فَأَخْبِرْنِيْ عَنِ الإِيْمَانِ، قَالَ أَنْ تُؤْمِنَ بِاللهِ، وَمَلائِكَتِهِ، وَكُتُبِهِ وَرُسُلِهِ، وَالْيَوْمِ الآَخِرِ، وَتُؤْمِنَ بِالقَدَرِ خَيْرِهِ وَشَرِّهِ قَالَ صَدَقْتَ، قَالَ فَأَخْبِرْنِيْ عَنِ الإِحْسَانِ، قَالَ أَنْ تَعْبُدَ اللهَ كَأَنَّكَ تَرَاهُ، فَإِنْ لَمْ تَكُنْ تَرَاهُ فَإِنَّهُ يَرَاكَ قَالَ فَأَخْبِرْنِي عَنِ السَّاعَةِ، قَالَ مَا الْمَسئُوُلُ عَنْهَا بِأَعْلَمَ مِنَ السَّائِلِ قَالَ فَأَخْبِرْنِيْ عَنْ أَمَارَاتِهَا، قَالَ أَنْ تَلِدَ الأَمَةُ رَبَّتَهَا، وَأَنْ تَرَى الْحُفَاةَ الْعُرَاةَ الْعَالَةَ رِعَاءَ الشَّاءِ يَتَطَاوَلُوْنَ فِي البُنْيَانِ ثُمَّ انْطَلَقَ فَلَبِثْتُ مَلِيَّاً ثُمَّ قَالَ يَا عُمَرُ أتَدْرِي مَنِ السَّائِلُ؟ قُلْتُ اللهُ وَرَسُوْلُهُ أَعْلَمُ، قَالَ فَإِنَّهُ جِبْرِيْلُ أَتَاكُمْ يُعَلِّمُكُمْ دِيْنَكُمْ. رَوَاهُ مُسْلِمٌ. Dari Umar radhiyallahu anhu pula dia berkata; pada suatu hari ketika kami sedang duduk-duduk bersama Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam, tiba-tiba datang seorang laki-laki berpakaian sangat putih, dan rambutnya sangat hitam, tidak terlihat padanya tanda-tanda bekas perjalanan, dan tidak seorang pun dari kami yang mengenalnya, kemudian ia duduk di hadapan Nabi shallallahu alaihi wa sallam dan mendekatkan lututnya lalu meletakkan kedua tangannya di atas pahanya, seraya berkata Wahai Muhammad jelaskan kepadaku tentang Islam?’ Nabi shallallahu alaihi wa sallam menjawab ”Islam itu adalah engkau bersaksi bahwa tidak ada sesembahan yang berhak diibadahi dengan benar kecuali Allah dan Muhammad adalah utusan-Nya, engkau menegakkan shalat, menunaikan zakat, puasa Ramadhan dan haji ke Baitullah Al Haram jika engkau mampu mengadakan perjalanan ke sana.” Laki-laki tersebut berkata Engkau benar.’ Maka kami pun terheran-heran padanya, dia yang bertanya dan dia sendiri yang membenarkan jawabannya. Dia berkata lagi “Jelaskan kepadaku tentang iman?” Nabi shallallahu alaihi wa sallam menjawab “Iman itu adalah Engkau beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya dan hari akhir serta engkau beriman kepada takdir baik dan buruk.” Ia berkata Engkau benar.’ Kemudian laki-laki tersebut bertanya lagi Jelaskan kepadaku tentang ihsan?’ Beliau shallallahu alaihi wa sallam bersabda “Ihsan adalah Engkau beribadah kepada Allah seolah-olah engkau melihat-Nya. Kalaupun engkau tidak bisa melihat-Nya, sungguh Diamelihatmu.” Dia berkata “Beritahu kepadaku kapan terjadinya kiamat?” Nabi shallallahu alaihi wa sallam menjawab “Tidaklah orang yang ditanya lebih mengetahui dari yang bertanya.” Ia berkata “Jelaskan kepadaku tanda-tandanya!” Nabi shallallahu alaihi wa sallam berkata “Jika seorang budak wanita melahirkan tuannya dan jika engkau mendapati penggembala kambing yang tidak beralas kaki dan tidak pakaian saling berlomba dalam meninggikan bangunan.” Umar radhiyallahu anhu berkata Kemudian laki-laki itu pergi, aku pun terdiam sejenak.’ Maka Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bertanya kepadaku “Wahai Umar, tahukah engkau siapa orang tadi?” Aku pun menjawab “Allah dan Rasul-Nya lebih tahu.” Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda “Dia adalah Jibril yang datang untuk mengajarkan agama ini kepada kalian.” HR Muslim[1] [1] Diriwayatkan oleh Muslim 8. Beritahu yang lain
Alhamdulillah, kita memuji, memohon pertolongan, dan memita ampun hanya kepada-Nya. Shalawat dan salam semoga tetap tercurahkan kepada Rasulullah, keluarganya, para sahabatnya, serta para pengikutnya hingga hari kiamat. Pada artikel ini, kita akan mengkaji bersama hadits kedua dari kitab arba'in nawawi, yaitu hadits tentang islam iman dan ihsan. Lalu kita akan mengetahui apa maksud dari hadits tersebut, serta faedah apa saja yang dapat kita ambil. A. Hadits Tentang Islam, Iman dan Ihsan عَنْ عُمَرَ رَضِيَ اللهُ تَعَالَى عَنْهُ أَيضاً قَال بَيْنَمَا نَحْنُ جُلُوْسٌ عِنْدَ رَسُولِ اللهِ صلى الله عليه وسلم ذَاتَ يَوْمٍ إِذْ طَلَعَ عَلَيْنَا رَجُلٌ شَدِيْدُ بَيَاضِ الثِّيَاب شَدِيْدُ سَوَادِ الشَّعْرِ لاَ يُرَى عَلَيْهِ أَثَرُ السَّفَرِ وَلاَ يَعْرِفُهُ مِنَّا أَحَدٌ حَتَّى جَلَسَ إِلَى النبي صلى الله عليه وسلم فَأَسْنَدَ رُكْبَتَيْهِ إِلَى رُكْبَتَيْهِ وَوَضَعَ كَفَّيْهِ عَلَى فَخِذَيْهِ وَقَالَ يَا مُحَمَّدُ أَخْبِرْنِي عَنِ الإِسْلاَم، فَقَالَ رَسُولُ اللهِ صلى الله عليه وسلم الإِسْلاَمُ أَنْ تَشْهَدَ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَأَنَّ مُحَمَّدَاً رَسُولُ الله، وَتُقِيْمَ الصَّلاَة، وَتُؤْتِيَ الزَّكَاةَ، وَتَصُوْمَ رَمَضَانَ، وَتَحُجَّ البيْتَ إِنِ اِسْتَطَعتَ إِليْهِ سَبِيْلاً قَالَ صَدَقْتَ، فَعَجِبْنَا لَهُ يَسْأَلُهُ وَيُصَدِّقُهُ، قَالَ فَأَخْبِرْنِيْ عَنِ الإِيْمَانِ، قَالَ أَنْ تُؤْمِنَ بِالله، وَمَلائِكَتِه، وَكُتُبِهِ وَرُسُلِهِ، وَالْيَوْمِ الآَخِر، وَتُؤْمِنَ بِالقَدَرِ خَيْرِهِ وَشَرِّهِ قَالَ صَدَقْتَ، قَالَ فَأَخْبِرْنِيْ عَنِ الإِحْسَانِ، قَالَ أَنْ تَعْبُدَ اللهَ كَأَنَّكَ تَرَاهُ، فَإِنْ لَمْ تَكُنْ تَرَاهُ فَإِنَّهُ يَرَاكَ قَالَ فَأَخْبِرْنِي عَنِ السَّاعَةِ، قَالَ مَا الْمَسئُوُلُ عَنْهَا بِأَعْلَمَ مِنَ السَّائِلِ قَالَ فَأَخْبِرْنِيْ عَنْ أَمَارَاتِها، قَالَ أَنْ تَلِدَ الأَمَةُ رَبَّتَهَا، وَأَنْ تَرى الْحُفَاةَ العُرَاةَ العَالَةَ رِعَاءَ الشَّاءِ يَتَطَاوَلُوْنَ فِي البُنْيَانِ ثُمَّ انْطَلَقَ فَلَبِثَ مَلِيَّاً ثُمَّ قَالَ يَا عُمَرُ أتَدْرِي مَنِ السَّائِلُ؟ قُلْتُ اللهُ وَرَسُوله أَعْلَمُ، قَالَ فَإِنَّهُ جِبْرِيْلُ أَتَاكُمْ يُعَلِّمُكُمْ دِيْنَكُمْ B. Terjemahan Hadits Dari Umar radhiyallaahu anhu juga ia berkata Ketika kami duduk-duduk di sisi Rasulullah shallallaahu alaihi wasallam tiba-tiba datanglah seorang lelaki yang mengenakan baju yang sangat putih dan berambut sangat hitam. Padanya tidak tampak bekas perjalanan jauh dan tidak ada diantara kami yang mengenalnya. Hingga kemudian dia duduk di hadapan Nabi lalu menyandarkan kedua lututnya pada lututnya Rasulullah shallallaahu alaihi wasallam, seraya berkata “Ya Muhammad, beritahukan aku tentang Islam!” Maka Rasulullah shallallaahu alaihi wasallam bersabda “Islam adalah engkau bersaksi bahwasanya tidak ada tuhan yang berhak disembah selain Allah, dan Muhammad adalah utusan Allah, engkau mendirikan shalat, menunaikkan zakat, puasa Ramadhan, dan haji jika mampu.” Kemudian dia berkata “Engkau benar!” Kamipun terheran, dia sendiri yang bertanya dia pula yang membenarkan. Kemudian dia bertanya lagi “Beritahukan aku tentang Iman!” Lalu beliau bersabda “Engkau beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya dan hari akhir dan engkau beriman kepada takdir yang baik maupun yang buruk” Kemudia dia berkata “Engkau benar!” Kemudian dia berkata lagi “Beritahukan aku tentang ihsan!” Lalu beliau bersabda “Ihsan adalah engkau beribadah kepada Allah seakan-akan engkau melihatnya, jika engkau tidak melihatnya maka Dia melihat engkau.” Kemudian dia berkata “Beritahukan aku tentang hari kiamat kapan kejadiannya.” Beliau bersabda “Yang ditanya tidak lebih tahu dari pada yang bertanya.” Dia berkata ”Beritahukan aku tentang tanda-tandanya!“ Beliau bersabda “Jika seorang hamba melahirkan tuannya dan jika engkau melihat seorang bertelanjang kaki dan dada, miskin lagi penggembala domba, kemudian berlomba-lomba meninggikan bangunannya.“ Kemudian orang itu berlalu dan aku berdiam sebentar. Kemudian beliau bertanya “Tahukah engkau siapa yang bertanya?”. Aku berkata “Allah dan Rasul-Nya lebih mengetahui“. Beliau bersabda “Dia adalah Jibril yang datang kepada kalian untuk mengajarkan agama kalian.“ C. Penjelasan Hadits Tentang Islam Iman dan Ihsan 1. Sekilas Tentang Isi Hadits Ini Hadits ini adalah hadits yang sangat agung. Hadits ini menjelaskan tentang agama secara menyeluruh, mulai dari rukun Islam, rukun Iman, Ihsan, dan juga dijelaskan tentang tanda-tanda hari kiamat. Karena itulah, setelah Nabi shallallaahu alaihi wasallam menjelaskan tentang Islam, Iman dan Ihsan, diakhir kata beliau bersabda فَإِنَّهُ جِبْرِيْلُ أَتَاكُمْ يُعَلِّمُكُمْ دِيْنَكُمْ “Dia adalah Jibril yang datang kepada kalian untuk mengajarkan agama kalian.“ Hadits ini merupakan kumpulan ilmu dan pengetahuan yang semuanya akan kembali kepada hadits ini dan tercakup di bawahnya. Apabila para ulama membahas ilmu maka mereka tidak keluar dari cakupan hadits ini. Dalam hadits ini juga dijelaskan bahwa dalam beragama seseorang memiliki beberapa tingkatan, yakni ada yang berada di tingkat muslim, kemudian mukmin, dan yang tertinggi adalah muhsin. 2. Apa Itu Islam? Rasulullah shallallaahu alaihi wasallam menjelaskan bahwa hakikat Islam adalah bersaksi bahwa tidak ada tuhan yang berhak disembah selain Allah dan Muhammad adalah utusan Allah, mendirikan shalat, menunaikkan zakat, berpuasa Ramadhan, dan haji ke baitullah bagi yang mampu. Kelima perkara ini merupakan rukun yang wajib ditunaikkan dengan keyakinan di dalam hati. Kemudian dilanjutkan dengan mengerjakan kewajiban-kewajiban dan meninggalkan larangan-larangan dalam Islam lainnya. Karena mengerjakan kewajiban dan meninggalkan larangan lainnya merupakan penyempurna dari kelima rukun tersebut. Rukun-rukun tersebut merupakan pondasi berdirinya Islam, kemudian barulah datang amalan-amalan lainnya baik yang bersifat wajib maupun sunnah. Apabila kita meninggalkan rukun ini maka amalan lainnya baik yang bersifat wajib maupun sunnah tidak akan bermanfaat. Kelima rukun tersebut bukanlah Islam secara menyeluruh, karena ia hanyalah rukun dan tiang-tiangnya Islam. Rasulullah shallallaahu alaihi wasallam bersabda بُنِيَ الإِسْلاَمُ عَلَى خَمْسٍ شَهَادَةِ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَأَنَّ مُحَمَّدًا رَسُولُ اللَّهِ، وَإِقَامِ الصَّلاَةِ، وَإِيتَاءِ الزَّكَاةِ، وَالحَجِّ، وَصَوْمِ رَمَضَانَ Islam dibangun di atas lima perkara yaitu syahadat bahwa tidak ada tuhan yang berhak disembah selain Allah dan Muhammad adalah utusan Allah, mendirikan shalat, menunaikkan zakat, haji, dan puasa Ramadhan. HR. Bukhari 8 Islam itu luas, ia mencakup semua yang diperintahkan oleh Allah dan yang menjadi larangan-Nya. Maka dari itu, apabila kita tinggalkan salah satu dari rukun tersebut maka Islam kita tidaklah sah. Namun, apabila kita tinggalkan selain dari rukun-rukun tersebut maka Islam kita tetap sah, hanya saja tidak sempurna tergantung banyaknya perkara dalam Islam yang ditinggalkan. Secara menyeluruh Islam dapat diartikan “Berserah diri kepada Allah azza wa jalla dengan mentauhidkan-Nya, tunduk kepada-Nya dengan ketaatan, dan berlepas diri dari kesyirikan serta pelakunya.” 3. Rukun Pertama Dua Kalimat Syahadat Apa itu Syahadat? Syahadat berarti menyatakan apa yang ada di dalam hati dengan lisannya, karena syahadat adalah ucapan dan pemberitahuan tentang apa yang ada di dalam hati. Syahadat tidaklah cukup dengan lisan, karena orang munafikpun bersyahadat dengan lisannya tetapi tidak dengan hatinya. Dua kalimat syahadat ini adalah satu rukun yang tidak bisa dipisahkan. Karena apabila kita hanya bersyahadat أَنْ لا إِلَهَ إِلاَّ الله namun mengingkari أَنَّ مُحَمَّدَاً رَسُولُ اللهِ maka syahadatnya tidak sah. Syahadat أَنْ لا إِلَهَ إِلاَّ الله berarti mengharuskan keikhlasan, sedangkan syahadat أَنَّ مُحَمَّدَاً رَسُولُ اللهِ berarti mengharuskan ittiba’. Dan semua amalan untuk mendekatkan diri kepada Allah tidak akan diterima kecuali dengan ikhlas dan ittiba’. Makna Dua Kalimat Syahadat Makna syahadat yang pertama “أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلاَّ الله” adalah “Aku mengakui dan meyakini bahwa tidak ada sesembahan yang hak kecuali Allah.” Maksud dari “لَا إِلَهَ” tidak ada tuhan bukan berarti menafikan keberadaan tuhan atau sesembahan, akan tetapi maksudnya adalah menafikan hak sesembahan. Karena sebagaimana yang kita ketahui bahwa sesembahan itu sangatlah banyak, seperti pohon, batu, berhala, matahari, kuburan dan sesembahan-sesembahan batil lainnya. Namun, yang berhak untuk disembah hanya satu yaitu Allah ta’ala. Allah ta’ala berfirman ذَٰلِكَ بِأَنَّ اللَّهَ هُوَ الْحَقُّ وَأَنَّ مَا يَدْعُونَ مِن دُونِهِ هُوَ الْبَاطِلُ وَأَنَّ اللَّهَ هُوَ الْعَلِيُّ الْكَبِيرُ Kuasa Allah yang demikian itu, adalah karena sesungguhnya Allah, Dialah Tuhan Yang Haq dan sesungguhnya apa saja yang mereka seru selain dari Allah, itulah yang batil, dan sesungguhnya Allah, Dialah Yang Maha Tinggi lagi Maha Besar. QS. Al-Hajj 62 Makna syahadat yang kedua “أَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدَاً رَسُولُ اللهِ” adalah “Aku mengakui dan menyatakan bahwa Muhammad adalah Rasul Allah yang diutus untuk seluruh manusia, dan dua golongan yakni jin dan manusia.” Pengakuan dan pernyataan kerasulan Muhammad ini harus dengan hati dan dengan lisannya. Karena siapa yang mengakui dengan lisannya saja maka ia adalah munafik. Demikian apabila mengakui dengan hatinya juga tidaklah cukup karena orang Yahudi dan Nasranipun mengakui dengan hatinya bahwa Muhammad adalah Rasulullah, akan tetapi mereka malah kufur terhadapnya dan tidak mau mengakui dengan lisannya. Allah ta’ala berfirman الَّذِينَ آتَيْنَاهُمُ الْكِتَابَ يَعْرِفُونَهُ كَمَا يَعْرِفُونَ أَبْنَاءَهُمْ ۖ وَإِنَّ فَرِيقًا مِّنْهُمْ لَيَكْتُمُونَ الْحَقَّ وَهُمْ يَعْلَمُونَ Orang-orang Yahudi dan Nasrani yang telah Kami beri Al Kitab Taurat dan Injil mengenal Muhammad seperti mereka mengenal anak-anaknya sendiri. Dan sesungguhnya sebahagian diantara mereka menyembunyikan kebenaran, padahal mereka mengetahui. QS. Al-Baqarah 146 Maka bagi seorang yang bersyahadat dan mampu mengucapkannya dengan lisannya ia juga harus mengikrarkannya dengan lisan. Konsekwensi Mengucapkan Dua Kalimat Syahadat Konsekwensi dari syahadat yang pertama adalah mengikhlaskan atau memurnikan ibadah hanya untuk Allah. Inilah yang disebut dengan tauhid uluhiyyah atau tauhid ibadah. Karena makna dari syahadat yang pertama ini adalah “Tidak ada tuhan yang berhak disembah selain Allah.” Oleh karena itu, barang siapa yang bersyahadat dengan syahadat yang pertama ini maka ia harus memurnikan ibadah untuk Allah dan menjauhi riya’ serta kesyirikan lainnya. Barang siapa yang bersyahadat dengan syahadat ini lalu ia menyembah kepada selain Allah maka ia adalah pendusta. Konsekwensi dari syahadat yang kedua adalah Pertama, membenarkan apapun yang dikabarkan oleh Rasulullah shallallaahu alaihi wasallam tanpa keraguan sedikitpun. Kedua, mengikuti perintah-perintahnya serta menjauhi larangannya dengan segenap kemampuannya tanpa pilah-pilih mana yang cocok untuk dirinya. Ketiga, mendahulukan perkataan Nabi shallallaahu alaihi wasallam dari pada perkataan manusia selainnya. Tidaklah pantas apabila telah sampai hadits Nabi kepada kita kemudian kita mengatakan “Kata Syaikh atau Imam fulan begini dan begitu” Keempat, tidak mengada-ngadakan syariat baru yang tidak disyariatkan oleh Rasulullah shallallaahu alaihi wasallam. Karena diantara makna syahadat yang kedua ini adalah meninggalkan bid’ah atau perkara baru dalam agama. Kelima, mengamalkan syariat Nabi Muhammad shallallaahu alaihi wasallam disertai dengan tashdiq membenarkan. Karena mengamal tanpa disertai dengan tashdiq adalah peringainya orang-orang munafik. Mereka ikut shalat, puasa, haji, bahkan jihad, akan tetapi mereka tidak membenarkan apa yang datang dari Rasulullah. Keenam, tidak meyakini adanya sifat rububiyyah di dalam diri Nabi shallallaahu alaihi wasallam. Karena ia hanyalah manusia biasa dan hamba Allah yang diutus oleh Allah. 4. Rukun Kedua Mendirikan Shalat Mengapa rukun yang kedua adalah “Mendirikan Shalat”? Mengapa tidak disebut “Shalat” saja? Karena yang dikehendaki bukan hanya melaksanakan shalat saja akan tetapi benar-benar mendirikan shalat. Dan tidaklah dikatakan mendirikan shalat hingga ia mengerjakan syarat-syaratnya, rukun-rukunnya, dan juga hal-hal yang diwajibkan di dalam shalat itu sendiri. Mendirikan shalat berarti Pertama, melaksanakan shalat sebagaimana yang dicontohkan oleh Rasulullah shallallaahu alaihi wasallam. Tidaklah dapat dikatakan mendirikan shalat apabila kita melaksanakan shalat sembarangan. Karena hal itu menyalahi sabda Nabi وَصَلُّوا كَمَا رَأَيْتُمُونِي أُصَلِّي Shalatlah sebagaimana kalian melihatku shalat HR. Bukhari 631 Kedua, melaksanakan shalat tepat pada waktunya. Allah ta’ala berfirman إِنَّ الصَّلَاةَ كَانَتْ عَلَى الْمُؤْمِنِينَ كِتَابًا مَّوْقُوتًا Sesungguhnya shalat itu adalah fardhu yang ditentukan waktunya atas orang-orang yang beriman. QS. An-Nisa’ 103 Ketiga, benar-benar tunduk dan khusyuk serta menghadirkan hatinya dalam melaksanakan shalat. Karena shalat tidak hanya sekedar gerakan dan ucapan tanpa arti. Namun, shalat adalah ibadah yang juga melibatkan kekhusyukan hati. Karena khusyuk adalah ruhnya shalat. Allah ta’ala berfirman قَدْ أَفْلَحَ الْمُؤْمِنُونَ ﴿١﴾ الَّذِينَ هُمْ فِي صَلَاتِهِمْ خَاشِعُونَ ﴿٢﴾ Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman, yaitu orang-orang yang khusyu' dalam shalatnya QS. Al-Mu’minun 1-2 Keempat, melaksanakan shalat di masjid secara berjamaah. Melaksanakan shalat di masjid secara berjamaah hukumnya wajib. Rasulullah shallallaahu alaihi wasallam bersabda مَنْ سَمِعَ النِّدَاءَ فَلَمْ يَأْتِهِ، فَلَا صَلَاةَ لَهُ، إِلَّا مِنْ عُذْرٍ Barang siapa yang mendengar adzan, lalu ia tidak mendatanginya maka tidak ada shalat baginya kecuali karena uzur HR. Ibnu Majah 793 5. Rukun Ketiga Membayar Zakat Zakat merupakan hak yang diwajibkan oleh Allah ta’ala agar ditunaikkan oleh orang kaya kepada orang miskin. Allah ta’ala berfirman وَفِي أَمْوَالِهِمْ حَقٌّ لِّلسَّائِلِ وَالْمَحْرُومِ Dan pada harta-harta mereka ada hak untuk orang miskin yang meminta dan orang miskin yang tidak mendapat bagian. QS. Adz-Dzariyat 19 Apabila zakat dibayarkan dengan senang hati maka Allah akan menerimanya. Namun, apabila mengingkari wajibnya zakat maka hukumnya kafir. Apabila seseorang sudah tau bahwa zakat itu wajib namun ia tidak mau membayarnya maka pemerintah wajib mengambilnya secara paksa, atau menegurnya, atau memberinya pelajaran. Apabila ada pasukan yang menghalangi pemerintah untuk mengambil zakatnya maka pemerintah wajib memeranginya hingga ia mau membayar zakatnya. 6. Rukun Keempat Puasa Bulan Ramadhan Puasa selama sebulan penuh wajib di tunaikkan oleh seorang muslim di setiap bulan Ramadhan. Allah ta’ala berfirman شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِي أُنزِلَ فِيهِ الْقُرْآنُ هُدًى لِّلنَّاسِ وَبَيِّنَاتٍ مِّنَ الْهُدَىٰ وَالْفُرْقَانِ ۚ فَمَن شَهِدَ مِنكُمُ الشَّهْرَ فَلْيَصُمْهُ Beberapa hari yang ditentukan itu ialah bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan permulaan Al Quran sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda antara yang hak dan yang bathil. Karena itu, barangsiapa di antara kamu hadir di negeri tempat tinggalnya di bulan itu, maka hendaklah ia berpuasa pada bulan itu QS. Al-Baqarah 185 Namun, apabila ia berhalangan maka hendaknya ia ganti puasa itu di hari yang lain. Allah ta’ala berfirman وَمَن كَانَ مَرِيضًا أَوْ عَلَىٰ سَفَرٍ فَعِدَّةٌ مِّنْ أَيَّامٍ أُخَرَ dan barangsiapa sakit atau dalam perjalanan lalu ia berbuka, maka wajiblah baginya berpuasa, sebanyak hari yang ditinggalkannya itu, pada hari-hari yang lain QS. Al-Baqarah 185 7. Rukun Kelima Haji Bagi yang Mampu Haji secara bahasa artinya menyengaja. Adapun secara syar’i yaitu sengaja mengunjungi baitul haram untuk menunaikkan manasik haji dan umrah dalam rangka mendekatkan diri kepada Allah. Haji dan umrah adalah ibadah yang pelaksanaannya dilaksanakan di masjidil haram dan tempat-tempat sekitarnya yang telah di tentukan. Adapun waktunya, khusus haji hanya dilaksanakan di bulan tertentu, sementara umrah bisa dilaksanakan kapanpun di sepanjang tahun. Allah ta’ala berfirman الْحَجُّ أَشْهُرٌ مَّعْلُومَاتٌ Musim haji adalah beberapa bulan yang dimaklumi QS. Al-Baqarah 197 Haji wajib ditunaikkan bagi yang mampu baik dari kemampuan harta, badan, maupun perjalanan. Allah ta’ala berfirman وَلِلَّهِ عَلَى النَّاسِ حِجُّ الْبَيْتِ مَنِ اسْتَطَاعَ إِلَيْهِ سَبِيلًا mengerjakan haji adalah kewajiban manusia terhadap Allah, yaitu bagi orang yang sanggup mengadakan perjalanan ke Baitullah QS. Ali Imran 97 Haji hanya diwajibkan sekali dalam seumur hidup. Di dalam hadits disebutkan, bahwa Rasulullah shallallaahu alaihi wasallam berkhutbah أَيُّهَا النَّاسُ قَدْ فَرَضَ اللهُ عَلَيْكُمُ الْحَجَّ، فَحُجُّوا Wahai manusia, Allah telah mewajibkan haji pada kalian! Maka berhajilah! فَقَالَ رَجُلٌ أَكُلَّ عَامٍ يَا رَسُولَ اللهِ؟ Lalu ada seorang lelaki bertanya “Apakah setiap tahun wahai Rasulullah?” فَسَكَتَ حَتَّى قَالَهَا ثَلَاثًا، فَقَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَوْ قُلْتُ نَعَمْ لَوَجَبَتْ، وَلَمَا اسْتَطَعْتُمْ Maka Rasulullah diam hingga lelaki itu bertanya tiga kali. Lalu Rasulullah shallallaahu alaihi wasallam bersabda Seandainya aku mengatakan “Ya” maka akan menjadi wajib dan kalian tidak akan mampu. HR. Muslim 1337 Demikianlah pembahasan hadits tentang Islam Iman dan Ihsan dicukupkan hingga pembahasan Islam terlebih dahulu. Untuk pembahasan Iman dan Ihsan insya Allah akan kita pelajari pada artikel selanjutnya. Barakallaahufiikum. SEKILAS TENTANG KITAB HADITS ARBA'IN NAWAWI Hadits Arbain An-Nawawi Kitab hadits Arbain an-Nawawi merupakan kitab yang menghimpun hadits-hadits penting yang termasuk Jawami al-Kalim singkat tapi padat makna. Kitab ini berukuran kecil dan tidak asing di tengah kaum Muslimin, bahkan banyak dihafal oleh para penuntut ilmu di berbagai penjuru dunia. Hal tersebut karena walaupun kitab ini kecil, namun sarat dengan nilai-nilai dasar Syariat Islam yang sangat penting, yang hanya memuat 42, hadits namun merupakan intisari ajaran Islam. Oleh karena itu, kami menyajikan buku ini untuk Anda, dalam format memuat matan hadits Arbain an-Nawawi dan terjemahnya, berikut intisari kandungan hadits berdasarkan syarah Syaikh Muhammad bin Shalih al-Utsaimin, yang disajikan dengan bahasa yang lugas dan jelas, simpel dan praktis, yang menjadikan buku ini cocok untuk dibaca oleh semua kalangan, baik tua maupun muda, kalangan terpelajar maupun masyarakat awam. Buku ini adalah rujukan primer bagi kaum Muslimin, bahkan patut dimasyarakatkan agar Anda berminat memiliki kitab ini, dapatkan dengan mengklik gambar di bawah ini Refrensi Al-Arbaun An-Nawawiyyah Imam An-Nawawi Jamiul Ulum wal Hikam Ibnu Rajab Syarah Al-Arbain An-Nawawiyyah Al-Utsaimin Al-Minhatur Rabbaniyyah fii Syarh Al-Arbain An-Nawawiyyah Shalih Al-Fauzan Klik untuk Membaca Penjelasan Hadits Tentang Islam Iman dan Ihsan Bagian 2
Kajian Arbain An Nawawi Hadist ke-02 Islam, Iman dan Ihsan عَنْ عُمَرَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ أَيْضاً قَالَ بَيْنَمَا نَحْنُ جُلُوْسٌ عِنْدَ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ذَاتَ يَوْمٍ إِذْ طَلَعَ عَلَيْنَا رَجُلٌ شَدِيْدُ بَيَاضِ الثِّيَابِ شَدِيْدُ سَوَادِ الشَّعْرِ، لاَ يُرَى عَلَيْهِ أَثَرُ السَّفَرِ، وَلاَ يَعْرِفُهُ مِنَّا أَحَدٌ، حَتَّى جَلَسَ إِلَى النَّبِيِّ صلى الله عليه وسلم فَأَسْنَدَ رُكْبَتَيْهِ إِلَى رُكْبَتَيْهِ وَوَضَعَ كَفَّيْهِ عَلَى فَخِذَيْهِ وَقَالَ يَا مُحَمَّد أَخْبِرْنِي عَنِ اْلإِسْلاَمِ، فَقَالَ رَسُوْلُ اللهِ صلى الله عليه وسلم اْلإِسِلاَمُ أَنْ تَشْهَدَ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَأَنَّ مُحَمَّدًا رَسُوْلُ اللهِ وَتُقِيْمَ الصَّلاَةَ وَتُؤْتِيَ الزَّكاَةَ وَتَصُوْمَ رَمَضَانَ وَتَحُجَّ الْبَيْتَ إِنِ اسْتَطَعْتَ إِلَيْهِ سَبِيْلاً قَالَ صَدَقْتَ، فَعَجِبْنَا لَهُ يَسْأَلُهُ وَيُصَدِّقُهُ، قَالَ فَأَخْبِرْنِي عَنِ اْلإِيْمَانِ قَالَ أَنْ تُؤْمِنَ بِاللهِ وَمَلاَئِكَتِهِ وَكُتُبِهِ وَرُسُلِهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ وَتُؤْمِنَ بِالْقَدَرِ خَيْرِهِ وَشَرِّهِ. قَالَ صَدَقْتَ، قَالَ فَأَخْبِرْنِي عَنِ اْلإِحْسَانِ، قَالَ أَنْ تَعْبُدَ اللهَ كَأَنَّكَ تَرَاهُ فَإِنْ لَمْ تَكُنْ تَرَاهُ فَإِنَّهُ يَرَاكَ . قَالَ فَأَخْبِرْنِي عَنِ السَّاعَةِ، قَالَ مَا الْمَسْؤُوْلُ عَنْهَا بِأَعْلَمَ مِنَ السَّائِلِ. قَالَ فَأَخْبِرْنِي عَنْ أَمَارَاتِهَا، قَالَ أَنْ تَلِدَ اْلأَمَةُ رَبَّتَهَا وَأَنْ تَرَى الْحُفَاةَ الْعُرَاةَ الْعَالَةَ رِعَاءَ الشَّاءِ يَتَطَاوَلُوْنَ فِي الْبُنْيَانِ، ثُمَّ انْطَلَقَ فَلَبِثْتُ مَلِيًّا، ثُمَّ قَالَ يَا عُمَرَ أَتَدْرِي مَنِ السَّائِلِ ؟ قُلْتُ اللهُ وَرَسُوْلُهُ أَعْلَمَ . قَالَ فَإِنَّهُ جِبْرِيْلُ أَتـَاكُمْ يُعَلِّمُكُمْ دِيْنَكُمْ Dari Umar radhiallahuanhu juga dia berkata Ketika kami duduk-duduk disisi Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam suatu hari tiba-tiba datanglah seorang laki-laki yang mengenakan baju yang sangat putih dan berambut sangat hitam, tidak tampak padanya bekas-bekas perjalanan jauh dan tidak ada seorangpun diantara kami yang mengenalnya. Hingga kemudian dia duduk dihadapan Nabi lalu menempelkan kedua lututnya kepada kepada lututnya Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam seraya berkata “ Ya Muhammad, beritahukan aku tentang Islam ?”, maka bersabdalah Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam “ Islam adalah engkau bersaksi bahwa tidak ada Ilah Tuhan yang disembah selain Allah, dan bahwa Nabi Muhammad adalah utusan Allah, engkau mendirikan shalat, menunaikan zakat, puasa Ramadhan dan pergi haji jika mampu “, kemudian dia berkata “ anda benar “. Kami semua heran, dia yang bertanya dia pula yang membenarkan. Kemudian dia bertanya lagi “ Beritahukan aku tentang Iman “. Lalu beliau bersabda “ Engkau beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya dan hari akhir dan engkau beriman kepada takdir yang baik maupun yang buruk “, kemudian dia berkata “ anda benar“. Kemudian dia berkata lagi “ Beritahukan aku tentang ihsan “. Lalu beliau bersabda “ Ihsan adalah engkau beribadah kepada Allah seakan-akan engkau melihatnya, jika engkau tidak melihatnya maka Dia melihat engkau” . Kemudian dia berkata “ Beritahukan aku tentang hari kiamat kapan kejadiannya”. Beliau bersabda “ Yang ditanya tidak lebih tahu dari yang bertanya “. Dia berkata “ Beritahukan aku tentang tanda-tandanya “, beliau bersabda “ Jika seorang hamba melahirkan tuannya dan jika engkau melihat seorang bertelanjang kaki dan dada, miskin dan penggembala domba, kemudian berlomba-lomba meninggikan bangunannya “, kemudian orang itu berlalu dan aku berdiam sebentar. Kemudian beliau Rasulullah bertanya “ Tahukah engkau siapa yang bertanya ?”. aku berkata “ Allah dan Rasul-Nya lebih mengetahui “. Beliau bersabda “ Dia adalah Jibril yang datang kepada kalian bermaksud mengajarkan agama kalian“ [HR Muslim, no. 8] Faidah Disunnahkan untuk memperhatikan kondisi pakaian, penampilan dan kebersihan, khususnya jika menghadapi ulama, orang-orang mulia dan penguasa. Siapa yang menghadiri majlis ilmu dan menangkap bahwa orang–orang yang hadir butuh untuk mengetahui suatu masalah dan tidak ada seorangpun yang bertanya, maka wajib baginya bertanya tentang hal tersebut meskipun dia mengetahuinya agar peserta yang hadir dapat mengambil manfaat darinya. Jika seseorang yang ditanya tentang sesuatu maka tidak ada cela baginya untuk berkata “Saya tidak tahu“, dan hal tersebut tidak mengurangi kedudukannya. Kemungkinan malaikat tampil dalam wujud manusia. Termasuk tanda hari kiamat adalah banyaknya pembangkangan terhadap kedua orang tua. Sehingga anak-anak memperlakukan kedua orang tuanya sebagaimana seorang tuan memperlakukan hambanya. Tidak disukainya mendirikan bangunan yang tinggi dan membaguskannya sepanjang tidak ada kebutuhan. Didalamnya terdapat dalil bahwa perkara ghaib tidak ada yang mengetahuinya selain Allah ta’ala. Didalamnya terdapat keterangan tentang adab dan cara duduk dalam majlis ilmu. Hadits ini disebut Ummu As-Sunnah, induknya Islam sebagaimana kata Imam Al-Qurthubi. Islam dan iman itu berbeda. Ini masuk dalam kaedah idza ijtama’a iftaroqo, wa idza iftaroqo ijtama’a, jika disebut bersamaan maksudnya berbeda, jika disebut berbeda tempat, maka maksudnya sama. Yang dimaksud Islam adalah amalan lahiriyah, sedangkan Iman adalah amalan batin. Tingkatan paling tinggi seorang hamba berinteraksi dengan Allah disebut Ihsan. Ihsan ada dua tingkatan a tingkatan thalab berharap, yaitu engkau beribadah kepada Allah, seakan-akan engkau melihat-Nya; b tingkatan harb takut, yaitu ingatlah Allah melihatmu. Tingkatan thalab lebih tinggi dari tingkatan harb. Yang rugi adalah jika tingkatan thalab dan harb tidak bisa dicapai. Malaikat bisa berada dalam bentuk manusia. Hendaklah berakhlak yang baik ketika berada di hadapan guru yang mengajarkan ilmu. Kiamat punya tanda-tanda dan yang mengetahui kapan datangnya kiamat hanyalah Allah. Di antara maksud seorang budak melahirkan majikannya adalah banyaknya bentuk kedurhakaan anak pada orang tuanya, sampai-sampai anak memperlakukan ibunya layaknya pembantu. Sekarang ini sudah bisa kita saksikan, dan banyak terjadi. Karenanya hati-hatilah kita jangan sampai kita menjadi bagian dari tanda-tanda kiamat. Materi Kajian Arbain An-Nawawi Pemateri Ustadz Al-Fiqhy, Lc. Tempat Masjid Besar Kaum Ujung Berung Bandung Waktu 09 November 2019 Raih pahala amal jariyah dengan cara membagikan share konten ini kepada yang lainnya. Nabi Shalallahu Alaihi Wa Sallam bersabda من دَلَّ على خيرٍ فله مثلُ أجرِ فاعلِه "Barangsiapa yang menunjuki kepada kebaikan maka dia akan mendapatkan pahala seperti pahala orang yang mengerjakannya.” HR. Muslim no. 1893
Hadits arbain – Sebagaimana disepakati dan seharusnya kita sebagai orang islam yang beriman yakini, bahwa hadits merupakan sumber hukum kedua dalam islam setelah Al-Quran. Karenanya, kemampuan untuk memahami hadits menjadi faktor penting dalam kehidupan beragama Islam itu sendiri. Hadits Arbain sendiri memiliki beberapa keistimewaan. Kandungan hadits-hadits pilihan Imam Nawawi ini memiliki tema-tema sederhana sehingga mudah dipahami, sekaligus memiliki makna mendalam dan cakupan yang luas bagi aspek kehidupan manusia. Seperti bagaimana pedoman dasar dalam beragama Islam, tatacara hablum minallah dan hablum minannas. Juga rambu-rambu adab yang seharusnya diperhatikan oleh seorang Muslim. Tema-tema tersebut insha Allah tetap relevan sampai kapan pun. Diantaranya ialah, hadits arbain nawawi ke 2 yang mengutarakan perkara iman, islam, dan ihsan. Malaikat Jibril yang bertanya tentang iman, islam dan ihsan عَنْ عُمَرَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ أَيْضًا قَالَ ” بَيْنَمَا نَحْنُ جُلُوسٌ عِنْدَ رَسُولِ اللَّهِ صلى الله عليه و سلم ذَاتَ يَوْمٍ، إذْ طَلَعَ عَلَيْنَا رَجُلٌ شَدِيدُ بَيَاضِ الثِّيَابِ، شَدِيدُ سَوَادِ الشَّعْرِ، لَا يُرَى عَلَيْهِ أَثَرُ السَّفَرِ، وَلَا يَعْرِفُهُ مِنَّا أَحَدٌ. حَتَّى جَلَسَ إلَى النَّبِيِّ صلى الله عليه و سلم . فَأَسْنَدَ رُكْبَتَيْهِ إلَى رُكْبَتَيْهِ، وَوَضَعَ كَفَّيْهِ عَلَى فَخِذَيْهِ،وَقَالَ يَا مُحَمَّدُ أَخْبِرْنِي عَنْ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه و سلم الْإِسْلَامُ أَنْ تَشْهَدَ أَنْ لَا إلَهَ إلَّا اللَّهُ وَأَنَّ مُحَمَّدًا رَسُولُ اللَّهِ، وَتُقِيمَ الصَّلَاةَ، وَتُؤْتِيَ الزَّكَاةَ، وَتَصُومَ رَمَضَانَ، وَتَحُجَّ الْبَيْتَ إنْ اسْتَطَعْت إلَيْهِ صَدَقْت . فَعَجِبْنَا لَهُ يَسْأَلُهُ وَيُصَدِّقُهُ!قَالَ فَأَخْبِرْنِي عَنْ أَنْ تُؤْمِنَ بِاَللَّهِ وَمَلَائِكَتِهِ وَكُتُبِهِ وَرُسُلِهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ، وَتُؤْمِنَ بِالْقَدَرِ خَيْرِهِ صَدَقْت. قَالَ فَأَخْبِرْنِي عَنْ أَنْ تَعْبُدَ اللَّهَ كَأَنَّك تَرَاهُ، فَإِنْ لَمْ تَكُنْ تَرَاهُ فَإِنَّهُ فَأَخْبِرْنِي عَنْ السَّاعَةِ. قَالَ مَا الْمَسْئُولُ عَنْهَا بِأَعْلَمَ مِنْ فَأَخْبِرْنِي عَنْ أَمَارَاتِهَا؟ قَالَ أَنْ تَلِدَ الْأَمَةُ رَبَّتَهَا، وَأَنْ تَرَى الْحُفَاةَ الْعُرَاةَ الْعَالَةَ رِعَاءَ الشَّاءِ يَتَطَاوَلُونَ فِي الْبُنْيَانِ. ثُمَّ انْطَلَقَ، فَلَبِثْتُ مَلِيًّا،ثُمَّ قَالَ يَا عُمَرُ أَتَدْرِي مَنْ السَّائِلُ؟.قُلْتُ اللَّهُ وَرَسُولُهُ فَإِنَّهُ جِبْرِيلُ أَتَاكُمْ يُعَلِّمُكُمْ دِينَكُمْ Dari Umar radhiallahuanhu juga dia berkata “Ketika kami duduk-duduk disisi Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam suatu hari tiba-tiba datanglah seorang laki-laki yang mengenakan baju yang sangat putih dan berambut sangat hitam, tidak tampak padanya bekas-bekas perjalanan jauh dan tidak ada seorangpun diantara kami yang mengenalnya. Hingga kemudian dia duduk dihadapan Nabi lalu menempelkan kedua lututnya kepada kepada lututnya Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam seraya berkata, “Ya Muhammad, beritahukan aku tentang Islam?” Maka Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam bersabda, “Islam adalah engkau bersaksi bahwa tidak ada Ilah Tuhan yang disembah selain Allah, dan bahwa Nabi Muhammad adalah utusan Allah, engkau mendirikan shalat, menunaikan zakat, puasa Ramadhan dan pergi haji jika mampu.” Kemudian dia berkata, “Engkau benar.“ Kami semua heran, dia yang bertanya dia pula yang membenarkan. Kemudian dia bertanya lagi “Beritahukan aku tentang Iman.“ Lalu beliau bersabda, “Engkau beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya dan hari akhir dan engkau beriman kepada takdir yang baik maupun yang buruk.“ Kemudian dia berkata, “Engkau benar.“ Kemudian dia berkata lagi, “Beritahukan aku tentang ihsan.“ Lalu beliau bersabda, “Ihsan adalah engkau beribadah kepada Allah seakan-akan engkau melihatnya, jika engkau tidak melihatnya maka Dia melihat engkau.” Kemudian dia berkata, “Beritahukan aku tentang hari kiamat kapan kejadiannya”. Beliau bersabda, “Yang ditanya tidak lebih tahu dari yang bertanya.“ Dia berkata, “Beritahukan aku tentang tanda-tandanya. “ Beliau bersabda “Jika seorang hamba melahirkan tuannya dan jika engkau melihat seorang bertelanjang kaki dan dada, miskin dan penggembala domba, kemudian berlomba-lomba meninggikan bangunannya.“ Kemudian orang itu berlalu dan aku berdiam sebentar. Kemudian beliau Rasulullah bertanya, “Tahukah engkau siapa yang bertanya?” Aku berkata, “Allah dan Rasul-Nya lebih mengetahui.“ Beliau bersabda, “Dia adalah Jibril yang datang kepada kalian bermaksud mengajarkan agama kalian.“ Riwayat Muslim Hadits arbain ini mengandung banyak sekali intisari. Jika ada yang mau menjelaskan hadits ini secara keseluruhan pasti bisa menuangkan dalam satu kitab tebal. Beberapa yang dapat kami sampaikan secara singkat, sebagai berikut Menjelaskan akhlak Nabi yang begitu mulia. Beliau mau duduk bersama para sahabat, bukan hanya menyendiri dan melihat yang lain dari tempat tinggi. Adanya rukun islam yang lima dengan keutamaan shalatnya. Iman dan islam tidaklah sama, karena Jibril bertanaya, “Beritahukan padaku tentang islam.” Kemudian setelah itu bertanya, “ Beritahukan padaku tentang iman.” Islam untuk amalan-amalan lahiriah, seperti kata-kata lisan dan amalan-amalan anggota badan, sementara iman untuk amalan-amalan batin, seperti keyakinan dan amalan-amalan hati. Seperti firman Allah berikut قَالَتِ الْأَعْرَابُ آمَنَّا ۖ قُلْ لَمْ تُؤْمِنُوا وَلَٰكِنْ قُولُوا أَسْلَمْنَا وَلَمَّا يَدْخُلِ الْإِيمَانُ فِي قُلُوبِكُمْ ۖ وَإِنْ تُطِيعُوا اللَّهَ وَرَسُولَهُ لَا يَلِتْكُمْ مِنْ أَعْمَالِكُمْ شَيْئًا ۚ إِنَّ اللَّهَ غَفُورٌ رَحِيمٌ Orang-orang Arab Badui itu berkata “Kami telah beriman”. Katakanlah “Kamu belum beriman, tapi katakanlah kami telah tunduk’, karena iman itu belum masuk ke dalam hatimu; dan jika kamu taat kepada Allah dan Rasul-Nya, Dia tidak akan mengurangi sedikitpun pahala amalanmu; sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”. Adanya rukun iman yang enam, keenam rukun ini akan menciptakan kekuatan memohon pada diri seseorang untuk taat dan takut kepada Allah. Siapapun yang mengingkari satu di antara enam rukun ini berarti dia kafir, karena mendustakan apa yang disampaikan Rasulullah. Penegasan adanya malaikat yang wajib diimani. Para malaikat bisa berubah wujud ke bentuk lain, karena Jibril mendatangi Nabi dalam bentuk seorang lelaki seperti disebutkan dalam hadits arbain ini. Malaikat adalah materi, seperti yang disampaikan Allah dalam surat Fathir 1 “Yang menjadikan malaikat sebagai utusan-utusan untuk mengurus berbagai macam urusan yang mempunyai sayap.” Kiamat adalah hal besar, tiada yang mengetahui kapan kiamat terjadi, kecuali Allah semata. Karena itu tanda-tandanya diberitahukan agar manusia mempersiapkan diri menghadapinya. Semoga Allah berkenan membuat sobat Cahayaislam dan seluruh mukmin mukminat siap untuk menghadapi hari akhir ini. Saat tidak mengetahui sesuatu, kita perlu untuk bertanya. Seperti Jibril yang bertanya “Beritahukan padaku apa tanda-tandanya.” Orang yang bertanya suatu ilmu adalah guru jika memang tahu jawabannya, dalam hadits arbain ini yang mengajari adalah Nabi tetapi karena pertanyaan yang disampaikan Jibril, Jibril dalam hal ini bertindak sebagai guru, mengapa? Seorang murid yang mengetahui suatu permasalahan kemudian menanyakan hal tersebut meski sudah tahu jawabannya karena ia merasa permasalahan tersebut penting untuk diketahui banyak orang, dan ketika pertanyaan tersebut dijawab dengan tepat di situlah murid sama seperti guru. Kumpulan hadits arbain dan penjelasannya tidak hanya mudah dipahami namun juga mampu menjawab persoalan kehidupan pribadi maupun sosial. Dengan semakin membumi’nya hadits arbain, masih diperlukan sebuah kajian yang mengupas seluk-beluk yang ada di dalamnya. Agar keistimewaan yang dikandung dapat dinikmati dengan mudah oleh berbagai kalangan, termasuk sebagian dari kita yang tak sempat berguru langsung kepada ustad atau guru ngaji. Jangan lupa juga untuk mengintip sejenak ulasan hadits arbain nomor 1 yang telah tim Cahayaislam jelaskan dikesempatan sebelumnya disini. Semoga artikel tentang hadits arabain nomor 2 ini dapat sedikit menjawab kebutuhan pembaca dan mengilhami berbagai hikmah dari kebaikan hadits ini.
hadits arbain tentang iman